Pages

Thursday, May 10, 2012

kekeliruan yang terjadi saat ini,cinta ibadah tetapi kurang mencintai ilmu

Ada satu kekeliruan umum yang saat ini terjadi di tengah-tengah kaum muslimin; cinta ibadah tapi kurang mencintai ilmu. Kita sering menyaksikan kaum muslimin berbondong-bondong beribadah, berzikir, mengerjakan shalat sunnah berjamaah, atau bershalawat, tetapi tidak untuk hadir ke majlis ilmu. Ada anggapan beribadah lebih besar nilainya dibandingkan duduk untuk mendapatkan satu atau dua bab ilmu.
Padahal, di hadapan Allah Ta’ala ternyata ada perbedaan derajat antara golongan yang berilmu dan yang tidak berilmu. FirmanNya:
“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. az-Zumar [39]: 9).
Abu Hurairah dan Abu Dzar Al Ghiffari – semoga Allah meridloi keduanya -- pernah berkata, “Mempelajari satu bab ilmu lebih aku sukai daripada shalat sunnah sebanyak seribu rakaat.”
Sedangkan Umar bin Khaththab juga pernah berkata,
“Meninggalnya seribu orang ahli ibadah (yang rajin) menghidupkan malamnya dan berpuasa di siang harinya lebih ringan ketimbang wafatnya seorang alim yang mengetahui halal dan haramnya hukum-hukum Allah Swt.”
Itulah sebabnya para ulama terdahulu mereka demikian ‘keranjingan’ mencari ilmu. Imam asy-Syafi’i misalnya, pionir dalam berbadai disiplin ilmu keislaman, kecintaannya dalam mencari ilmu dilukiskan oleh para sahabatnya bak seorang ibu yang kehilangan anak gadisnya. Demikian bersemangat dan haus akan ilmu. Lahir bukan dari keluarga kaya, membuat sang imam di masa remajanya mengumpulkan kertas-kertas bekas  dari kantor-kantor kekhilafahan untuk mencatat pelajaran dari guru-gurunya.
Kecintaan pada ilmu juga dialami oleh para penguasa negara Islam atau para khalifah. Karena cintanya pada ilmu, Khalifah Al Aziz di Kairo memiliki sekitar 1.600.000 buah buku di perpustakaanya, di antaranya 16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Mencintai ilmu bukan saja mendapatkan pujian dari Allah SWT. akan tetapi juga menyelamatkan seorang muslim dari kebodohan. Dan kebodohan akan berujung pada kesalahan dalam beramal. Kesalahan beramal hanya berujung pada dosa.
Imam Abu Daud meriwayatkan ada seorang pria yang meninggal karena kawan-kawannya memaksanya untuk mandi junub padahal pria tersebut terluka parah di kepalanya. Rasulullah saw. yang mengetahui hal ini menegur mereka, “Mereka telah membunuhnya, mengapa mereka tidak bertanya jika tidak tahu? Sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya.”
Ubahlah mindset kita dalam beramal. Awalilah kehidupan kita dengan mencintai ilmu sebelum beramal. Tahanlah diri untuk mengambil tindakan sebelum kita mengetahui terlebih dahulu hukum atau ilmunya. Tambahlah pengetahuan kita tentang agama ini sehingga diri kita akan terjaga dari kesalahan dalam beramal. Jangan sampai kita menyangka telah beramal baik padahal sesungguhnya tertolak di sisi Allah SWT. Na’uzubillahi min dzalik.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.