Pages

Saturday, May 12, 2012

kumpul blogger gratis tanpa modal menghasilkan uang

Mungkin anda pernah mendengar atau membaca tentang system ini yang disebut PPC (pay per click) melalui Google Adsense. Beda dengan KumpulBlogger yang bisa dipasang dengan mudah, Google Adsense tidak bisa di pasang pada blog yang berbahasa indonesia. Iklan bisa di pasang pada sebanyak blog yang kamu miliki.

Mungkin timbul pertanyaan, berapa banyak uang yang di dapat?
Memang tidak begitu besar... Tapi jika blog kita mempunyai pengunjung yang rame, hasilnya lumayanlah bisa untuk

Thursday, May 10, 2012

Tangis gadis cilik

Sore itu Hasan al-Bashri sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin.
Tak lama setelah ia duduk bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah keranda jenazah yang sedang diusung berjalan gadis kecil sambil terisak-isak. Rambutnya tampak kusut dan terurai, tak peraturan.
Al-Bashri tertarik penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu.
Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya.
“Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini.”

Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil,
“Ayahmu juga sebelumnya tak pernah mengalami peristiwa seperti ini.”
Keesokan harinya, usai salat subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya Al-Bashri duduk di teras rumahnya.
Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin melintas ke arah makam ayahnya. “Gadis kecil yang bijak,” gumam Al-Bashri. “Aku akan ikuti gadis kecil itu.”


Gadis kecil itu tiba di makam ayahnya.
Al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-geriknya secara diam-diam.
Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam.
Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu.
Kemudian, ia meratap dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.
” Ayah kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah?
Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur?
Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu?
Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah?
Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam?
Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”
“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah?
Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah?
Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah?
Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah?
Kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu? “
Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak tahan menahan tangisnya.
Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu menyambut kata-kata gadis kecil itu.
” Hai, gadis kecil !
Jangan berkata seperti itu.
Tetapi, ucapkanlah,
“Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah, Ayah?
Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu, atau telah tercabik-cabik, Ayah?
Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?”
“Ulama mengatakan bahwa hamba yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak menjawab.
Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawab kan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya? “
“Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka.
Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?”
“Ulama mengatakan bahwa kubur sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka.
Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sehingga tulang-belulang berserakan.
Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?”
“Ayah, kata ulama, orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik.
Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya.
Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?”
“Jika kupanggil, engkau selalu menyahut.
Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?”
“Ayah, engkau sudah tiada.
Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti.
Wahai Allah, janganlah KAU rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti.”
Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata,
” Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima.
Engkau ingatkan aku dari lelap lalai.”
Kemudian, Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka pulang sembari berderai tangis.

abdurahman bin 'Auf

ia adalah orang yang masuk Islam dua hari setelah keislaman Abu Bakar assidiq. Berjuang bersama Rasulullah di Mekah, mengalami penistaan, siksaan dan penghinaan yang luar biasa dari orang-orang kafir Quraisy serta beragam cobaan lainnya. Tapi seperti para sahabat lainnya, siksaan tak menyebabkan mereka surut berjuang, malah makin meningkatkan kualitas keimanannya. Dia termasuk orang yang ikut berhijrah, dan setelah sampai di Medinah, bertemu dan diterima sahabat Anshar, kemudian Rasulullah mempersaudara kannya dengan Sa'ad ibn Rabi' al Anshary, salah seorang terkaya di kota itu. Mengetahui Abdurrahman ibn Auf meninggalkan isteri dan harta kekayaannya di Mekah demi berhijrah mengikuti Rasulullah, suatu hari terjadi dialog yang sangat menarik...

  "Saudaraku, aku adalah orang terkaya di Medinah. Aku punya dua kebun dan dua isteri. Pilihlah kebun mana yang kau suka, dan isteri mana yang kau mau. Aku akan melepasnya agar menjadi kebunmu, dan menjadi isterimu",  kata Sa'ad. Mendapatkan tawaran ini, ibn Auf menolaknya dengan halus dan berkata,
"semoga Allah memberkati harta dan keluargamu, tunjukkan saja kepadaku di mana letak pasar". Maka mulailah dia berusaha dengan menjadi buruh pada orang lain, terkadang menjadi kuli angkut barang. Dan berapapun pendapatan yang diperolehnya sebagian ditabung, sebagian ia infakkan. Dalam waktu yang tidak lama, ia pun mulai bisa membeli barang untuk kemudian dijualnya. Karena kejujuran, kegigihan dan keahliannya dalam berbisnis, usahanya pun berkembang, dan hanya dalam tempo dua tahun saja ia sudah memiliki kafilah dagang sendiri, menjalin hubungan bisnis dengan berbagai orang di berbagai negeri.
     Yang sangat menarik dari Abdurahman ibn Auf ini adalah semangat berinfaknya. Pernah suatu ketika sesuai Rasulullah berpidato, "wahai manusia, bersedekahlah ! sebab aku ingin mengirimkan pasukan". Ia pun bergegas pulang dan kembali dengan menyiapkan dana, katanya,  "ya Rasulullah, aku punya 4.000 dirham. Separuh kupinjamkan kepada Allah. Dan separuhnya lagi kutinggalkan untuk keluargaku." Peristiwa ini terjadi menjelang perang Uhud. Begitu juga ketika menjelang terjadinya perang Tabuk. Medinah sedang mengalami musim paceklik.  Jarak yang ditempuh sangat jauh, sementara perbekalan dan transportasi yang tersedia amat terbatas. Rasulullah menghimbau umat Islam untuk berinfak. Dan mereka pun segera memenuhi imbauan ini, dan pelopornya tentu saja Abdurrahman ibn Auf. Ia sendiri menginfakkan seluruh hartanya,  dan tindakannya itu mendorong Umar ibn Khattab melaporkannya, katanya, "ya Rasulullah, kurasa Abdurrahman ibn Auf menyengsarakan keluarganya, dan ini termasuk perbuatan dosa, sebab dia tidak meninggalkan untuk mereka sesuatu sedikitpun."
     Kemudian Rasulullah memanggil Abdurrahman ibn Auf, dan bertanya, "apakah engkau telah menyisakan sesuatu untuk keluargamu?"
     "Sudah," jawabnya, "yang kutinggalkan jauh lebih banyak dari pada yang kuinfakkan,"
     "Apa itu, dan berapa?"  tanya Rasulullah
     "yaitu rizki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya."
     Setelah Rasulullah wafat, dialah yang bertugas mengurus ummahatul-mukminin, menyediakan kebutuhan mereka dan menjaga kehormatan mereka. Dia pernah menjual tanah senilai 40.000 dinar, dan uang hasil penjualannya dibagi-bagikannya kepada isteri-isteri Nabi, orang-orang fakir dan miskin dan kaum muhajirin. Do'a Nabi terbukti. Dia menjadi sahabat terkaya. Harta yang dimilikinya telah mengantarkannya menjadi orang yang mendapatkan berkah dan keridhoan Allah. Menjadi orang yang bersyukur dengan cara senantiasa
membantu dan memperhatikan kebutuhan orang lain.
      Pernah terjadi suatu hari Medinah bergetar dan bergemuruh karena kedatangan iring-iringan kafilah dagang ibn Auf yang membawa 700 ekor unta penuh muatan barang dagangan,
     "suara apa itu?"  tanya Siti Aisyah
     "suara kafilah dagang Abdurrahman ibn Auf,"  jawab seseorang
     "Allah memberkahi semua yang diinfakkan di dunia, dan pahala di akhirat lebih besar. Aku pernah mendengar Rasulullah mengatakan bahwa Ibn Auf akan memasuki surga dengan merangkak bila tak mau berinfak."  Ternyata dalam waktu yang tidak lama, Ibn Auf mendengar perkataan Aisyah ini, dan ia segera mendatangi beliau, kemudian bertanya :
     "wahai ibu, apakah anda mendengar kata-kata yang diucapkan Rasulullah itu?"
     "benar," jawab Aisyah.
     Sinar matanya berbinar-binar. Hatinya pun dipenuhi kebahagiaan, ia berkata :
     "wahai ibu, jadilah saksiku, aku ingin memasuki surga dengan berdiri dan berlari. Seluruh unta ini dengan semua barang dagangan yang ada kuinfakkan demi perjuangan fi sabilillah."
    Semoga Allah senantiasa memberkahimu, wahai sahabat Rasulullah,  sungguh aku bahagia mengenal mereka sebagai insan-insan teladan. Kecintaannya kepada Allah, kesetiaannya kepada Rasulullah, kerinduannya mendapatkan keridhoan-Nya, damba memasuki surga-Nya, telah menumbuhkan spirit luar biasa untuk berkorban, berkorban dan berkorban dengan apa yang mereka miliki. Inilah manusia tauhid. Manusia yang betul-betul memahami makna laa ilaaha illa Allah, Muhammad al Rasulullah.
     Melalui kisah ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil, yaitu :
     - Tak ada cinta tanpa pengorbanan. Cinta yang demikian mendalam terhadap Allah dan Rasul-Nya menumbuhkan semangat berkoban yang luar biasa. Dan ini hanya mungkin terjadi karena tauhid telah menjadi dasar semua pandangan hidup dan aktivitas keduniaannya.
     - Manusia tauhid adalah orang yang selalu bersikap optimis, punya himmah (etos kerja) yang tinggi, kafa'ah (kapabilitas dan profesional), dan terus mengasah jiwanya dan kemampuannya.
     - Prinsip hidup manusia tauhid adalah give, give,give and take. Bukan take and give kayak kita : mengambil dulu baru memberi, melainkan memberi, memberi dan memberi, kemudian barulah mereka mengambil apa yang Allah berikan.
     - Selalu menyisihkan berapa pun penghasilan yang ada untuk ditabung. Berorientasi ke masa depan, dan bersikap antisipatif terhadap segala kemungkinan. Manusia yang mengamal
kan perintah Allah, antara lain dalam QS al-qashas [28] : 77.